Beranda | Artikel
Melawan Hawa Nafsu dan Meninggalkan Sebab-Sebabnya
Kamis, 13 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Melawan Hawa Nafsu dan Meninggalkan Sebab-Sebabnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Bawa’itsul Khalash Minadz Dzunub (Faktor-Faktor Yang Dapat Membantu Seseorang Menjauhi Dosa). Pembahasan ini diambil dari satu pasal dari Kitab Ibnu Qayyim rahimahullah yang berjudul عدة الصابرين. Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 1 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 09 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub

Status program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub: SELESAI. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Download kajian sebelumnya: Nikmatnya Mengalahkan Nafsu dan Setan

Kajian Tentang Melawan Hawa Nafsu dan Meninggalkan Sebab-Sebabnya

11. Berusaha Untuk Selalu Melawan Hawa Nafsu

Hendaknya seseorang berusaha untuk selalu melawan hawa nafsunya secara bertahap, sedikit demi sedikit. Sampai dia mendapatkan nikmatnya mengalahkan hawa nafsu. Karena dengan demikian kekuatannya akan menjadi mantap dan barangsiapa yang merasakan lezatnya mengalahkan hawa nafsu, maka ia akan merasakan bahwasanya itu adalah kelezatan yang sangat luar biasa. Dan dengan membiasakan diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan atau amalan-amalan yang berat, maka seseorang akan terbiasa untuk melakukan amalan-amalan tersebut.

Dapat kita lihat orang-orang yang bekerja untuk mengangkat barang-barang dan pekerja-pekerja berat, kekuatan mereka terus bertambah. Sebaliknya orang-orang yang pekerjaannya sebagai tukang jahit atau semacamnya, maka kekuatan mereka tidak bertambah seperti orang yang memang bekerja berat. Barangsiapa yang meninggalkan kesungguhan untuk melawan hawa nafsu maka agamanya akan selalu berkurang dan syahwatnya akan menjadi kuat. Dan barangsiapa yang selalu membiasakan diri untuk melawan hawa nafsunya, ia akan menang atas hawa nafsunya kapanpun dia inginkan. Ini adalah terjemahan dari perkataan Ibnu Qayyim dan ini adalah faktor yang ke-11 yang dapat membantu seseorang untuk menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.

Bermujahadah atau bersungguh-sungguh untuk mengalahkan godaan-godaan untuk berbuat maksiat. Karena sesungguhnya diantara keutamaan untuk bermujahadah, mengalahkan hawa nafsu dan setan adalah seseorang akan mendapatkan kekebalan untuk melawan hawa nafsu dan setan tersebut. Dan dengan selalu berusaha bersungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu dan setan, akan menjadi lemah keinginan seseorang untuk berbuat maksiat dan akan mudah baginya untuk meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٦٩﴾

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)

Juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَيَزِيدُ اللَّـهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى ۗ..

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk…” (QS. Maryam[19]: 76)

Dan seorang muslim apabila selalu bermujahadah, bersungguh-sungguh melawan godaan-godaan setan, ajakan-ajakan hawa nafsu, ajakan-ajakan untuk berbuat maksiat, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memudahkan dia mendapatkan jalan hidayah. Sebaliknya orang yang menyerah terhadap godaan-godaan setan, menyerah dengan hawa nafsunya, maka ia akan lemah untuk melawan hawa nafsu tersebut bahkan ia akan menjadi tawanan dari syahwatnya.

Berkata Ibnu Qayyim rahimahullah, orang yang paling sempurna hidayahnya adalah orang yang paling kuat dalam bermujahadah, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Dan Jihad yang paling wajib adalah jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan diri sendiri, jihad melawan setan dan jihad mengalahkan nafsu dunia. Dan barangsiapa yang berjihad melawan empat hal ini, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberinya petunjuk kepada jalan-jalan yang Ia ridhai yang tentu jalan tersebut akan menyampaikan ia kepada surgaNya. Dan barangsiapa yang meninggalkan jihad, maka ia akan ketinggalan, dia tidak akan mendapatkan petunjuk sebagaimana ia meninggalkan jihad dijalan-jalan yang kita sebutkan tadi.

12. Menahan Diri dari Fikiran-Fikiran Buruk

Apabila fikiran-fikiran buruk melintas difikiran seseorang dan dia hilangkan fikiran tersebut, tidak membiarkannya tinggal dalam kepalanya, maka fikiran tersebut akan hilang. Akan tetapi jika fikiran itu dibiarkan, maka fikiran tersebut akan berubah menjadi angan-angan. Dan angan-angan ini adalah modal orang-orang yang bangkrut.

Ketika fikiran-fikiran buruk tadi ada dalam hati seseorang, maka fikiran itu akan berubah menjadi angan-angan, kemudian berubah menjadi keinginan, kemudian keinginan menjadi keinginan yang lebih kuat lagi, sehingga setelah itu keinginan pun berubah menjadi perbuatan. Maka sungguh menolak atau menghilangkan fikiran buruk lebih mudah dari pada ketika seseorang telah terjatuh dalam perbuatan maksiat. Dan lebih berat ketika seseorang sudah terjatuh dan ingin mengulanginya lagi. Ini adalah terjemahan dari perkataan Ibnu Qayyim rahimahullah dan ini adalah faktor ke-12 yang dapat membantu seseorang untuk menjauhi perbuatan dosa dan maksiat. Yaitu memerangi atau menjauhi, meninggalkan fikiran-fikiran buruk yang mengajak seseorang untuk melakukan maksiat.

Sesungguhnya permulaan maksiat hanya sekedar fikiran yang melintas dalam hati seseorang. kemudian fikiran buruk tersebut berubah menjadi angan-angan kemudian angan-angan berubah menjadi keinginan yang tergerak dalam hati kemudian menjadi keinginan kuat sampai akhirnya menjadi perbuatan maksiat. Maka sungguh baik bagi seseorang untuk memutuskan fikiran-fikiran buruk tersebut ketika pertama kali muncul. Karena apabila fikiran-fikiran buruk tersebut dibiarkan, maka akan berubah menjadi maksiat dan ketika seseorang telah terjatuh kepada kemaksiatan, maka ia akan mudah untuk mengulangi maksiat itu kembali sampai ketika seorang telah terbiasa melakukan maksiat, hal itu menjadi biasa baginya.

Semoga Allah melindungi kita. Dan sungguh indah perkataan atau perumpamaan yang disebutkan oleh Imam Ahmad rahimahullah terhadap seseorang yang terjatuh dalam dosa-dosa. Yaitu seperti seorang yang berjalan di atas tanah yang penuh lumpur, kemudian orang tersebut berhati-hati untuk tidak terkena lumpur tersebut. Akan tetapi ketika kakinya sudah terlanjur tenggelam ke dalam lumpur tadi maka ia pun akan berjalan diatas lumpur dan tidak berhati-hati lagi. Begitu juga orang seorang hamba yang terlanjur terjatuh dalam suatu dosa. Apabila dia telah masuk, maka dia akan tenggelam dalam dosa tersebut.

13. Memutuskan Segala Sebab-Sebab Yang Mengajaknya Untuk Mengikuti Hawa Nafsunya

Dan bukanlah yang dimaksud disini yaitu seseorang tidak boleh mempunyai hawa nafsu sama sekali. Akan tetapi yang harus dilakukan yaitu memalingkan hawa nafsunya kepada hal yang bermanfaat baginya dan menggunakannya untuk melaksanakan apa-apa yang diinginkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dengan hal tersebut yang menggunakan hawa nafsunya dan dengan meninggalkan maksiat-maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia dan ia gunakan untuk Allah subhanahu wa ta’ala maka Allah akan melindungi dia dari keburukan apa yang ia gunakan tersebut dari dirinya dan dari setan. Dan apabila dia tidak gunakan untuk Allah subhanahu wa ta’ala, maka ia akan gunakan hal tersebut untuk dirinya dan hawa nafsunya.

Contohnya ilmu. Apabila ilmu tidak digunakan untuk Allah subhanahu wa ta’ala, tidak dituntut untuk ikhlas pada Allah subhanahu wa ta’ala, maka ilmu tersebut akan dituntut untuk hawa nafsu dan setan. Dan amal, apabila tidak dilakukan ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka amalan tersebut dilakukan untuk riya’ dan kemunafikan. Juga harta, apabila tidak diinfakkan dijalan Allah subhanahu wa ta’ala, maka harta tersebut akan dibelanjakan untuk jalan-jalan setan dan hawa nafsu. Kedudukan apabila tidak digunakan untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka orang yang mempunyai kedudukan tersebut akan menggunakan kedudukannya untuk hawa nafsunya dan keinginan-keinginan dia sendiri. Kekuatan, jika tidak digunakan untuk melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala maka kekuatan tersebut akan digunakan oleh orang yang memiliki kekuatan untuk bermaksiat kepadaNya.

Maka barangsiapa yang membiasakan diri untuk beramal kepada Allah subhanahu wa ta’ala, tidak ada yang lebih sulit baginya kecuali beramal untuk selain Allah subhanahu wa ta’ala. Dan barangsiapa yang membiasakan dirinya beramal untuk hawa nafsu dan dirinya sendiri, maka tidak ada yang lebih sulit baginya kecuali beramal ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ini masuk dalam semua bab-bab amalan. Tidak ada yang lebih berat dari orang yang terbiasa menggunakan hartanya dijalan Allah subhanahu wa ta’ala kecuali ia menginfakkan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu pula sebaliknya. Ini adalah faktor ke-13 yang dapat membantu seseorang untuk meninggalkan dosa dan maksiat. Yaitu memalingkan hawa nafsunya kepada apa yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam dunia ini banyak sekali hal-hal yang dapat membandingkan seseorang untuk melaksanakan kebatilan dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka wajib bagi seorang hamba untuk berusaha memutuskan segala sebab-sebab yang mengajak dia untuk melakukan apa yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan bersungguh-sungguh untuk mengalahkan hawa nafsunya dan memalingkan hawa nafsu tersebut kepada hal yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang jihad apa yang paling afdhal, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِي ذَاتِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Engkau bermujahadah (bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu) untuk meraih keridaan Allah subhanahu wa ta’ala” (HR. Abu Nu’aim. Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 1496)

Juga Allah subhanahu wa ta’ala mencela orang-orang yang tunduk terhadap hawa nafsu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّـهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّـهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٢٣﴾

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah[45]: 23)

Berkata Qatadah rahimahullah dalam menjelaskan ayat ini yaitu orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai illahnya. Yaitu tidaklah dia menginginkan sesuatu kecuali dia melakukannya karena dia tidak takut kepada Allah ‘azza wa jalla.

Berkata Ibnu Qayyim di dalam kitab beliau Raudhatul Muhibbin. Satu pembahasan ketika mencela tentang hawa nafsu, beliau menyebutkan 50 perkara yang dapat membantu seseorang untuk mengalahkan hawa nafsunya dan bagaimana cara dia menjadikan hawa nafsunya ikut terhadap syariat Allah subhanahu wa ta’ala sesuai dengan apa yang diinginkan, dicintai dan diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan diakhir pembahasan tersebut dia mengatakan bahwa sesungguhnya tidak mengikuti hawa nafsu akan menyebabkan seseorang mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat dan akan mendapatkan kemuliaan yang dzahir dan yang batin. Adapun mengikuti hawa nafsu, akan membuat seseorang terjatuh derajatnya di dunia dan di akhirat dan dia akan hina secara lahir maupun secara batin.

Simak pada menit ke – 21:22

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Melawan Hawa Nafsu dan Meninggalkan Sebab-Sebabnya


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45454-melawan-hawa-nafsu-dan-meninggalkan-sebab-sebabnya/